Rabu, 11 Februari 2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan. Diversivikasi konsumsi pangan tidak hanya sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada beras tetapi juga upaya peningkatan perbaikan gizi untuk mendapatkan manusia yang berkualitas dan mampu berdaya saing dalam percaturan globalisasi.

Upaya diversifikasi pangan sebetulnya sudah di lakukan oleh pemerintah sejak awal tahunan 50-an,namun sampai sekarang upaya tersebut masih sulit terwujud. Belajar dari pengalaman kebijakan diversifikasi pangan harus mengacu pada aturan yang tertuang dalam peraturan pemerintah no. 68 tentang Ketahanan Pangan, yaitu dengan memperhatikan sumber daya, kelembagaan, dan budaya local serta ditetapkan oleh Menteri atau Kepala Lembaga Pemerintah non departemen yang bertanggung jawab sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing – masing. Ini berarti keberhasilan diversifikasi pangan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah.

Diversifikasi konsumsi panagn pada dasarnya memperluas pilihan masyarakat dalam kegiatan konsumsi sesuai dengan cita rasa yang di inginkan, menghindarai kebosanan untuk mendapatkan pangan dan gizi agar dapat hidup sehat dan aktif.

B. Tujuan

  1. Untuk memenuhi tugas Mikro Ekonomi Pangan
  2. Untuk menambah pengawasan tentang diversifikasi pangan


BAB II

ISI

DIVERSIFIKASI PANGAN

1. Pengertian

Diversifikasi pangan adalah suatu proses perkembangan dalam pemanfaatan dan penyediaan pangan ke arah yang semakin beragam. Manfaat diversifikasi pada sisi konsumsi adalah semakin beragamnya asupan zat gizi, baik makro maupun mikro, untuk menunjang pertumbuhan, daya tahan, dan produktivitas fisik masyarakat.

Kelengkapan gizi merupakan prasyarat bagi pembentukan kualitas intelegen-sia yang baik. Keragaman pangan juga meningkatkan asupan zat-zat antioksidan, serat, serta penawar terhadap senyawa yang merugikan kesehatan seperti kolesterol. Di samping itu, keragaman juga memberikan lebih banyak pilihan kepada masyarakat untuk memperoleh pangan sesuai preferensinya.

2. Manfaat Diversifikasi Pangan

Manfaat diversifikasi dari aspek penyediaan adalah semakin beragamnya alternatif jenis pangan yang dapat ditawarkan, tidak terfokus pada pangan tertentu saja. Hal ini mengingat bahwa pola produksi sebagian besar komoditas pangan mengikuti siklus musim, pada saat musim panen pasokannya melimpah dan harganya menurun, sebaliknya di luar musim pasokannya menipis dan harganya cenderung meningkat. Apabila pasokan suatu jenis pangan menipis, kemudian dapat disubstitusi dengan jenis pangan lain, maka kelangkaan tersebut tidak segera memicu kenaikan harga.

Bagi pemerintah yang bertanggung jawab pada penyediaan pangan pokok bagi masyarakat, semakin tinggi diversifikasi permintaan pangan, semakin ringan pengelolaan penyediaannya. Dengan semakin banyaknya bahan pangan yang dapat saling mengisi, kelangkaan suatu pangan pokok seperti beras, dapat diisi oleh padi-padian lain atau umbi-umbian, sehingga tidak mudah terjadi keresahan sosial.

3. Upaya Pemerintah Dalam Peningkatan Gizi Masyarakat

Upaya Pemerintah Dalam berbagai diskusi yang dilaksanakan Kelompok Kerja Ahli pada Dewan Ketahanan Pangan terungkap bahwa berbagai upaya diversifikasi telah dilaksanakan sejak awal tahun 1960-an. Pada saat pemerintah mengkhawatirkan pertumbuhan produksi beras yang tidak seimbang dengan pertambahan penduduk, mulai dilancarkan penyuluhan gizi, termasuk pengetahuan bahwa beras dapat diganti dengan bahan pangan lain dengan nilai gizi yang sama. Pemerintah melakukan kampanye "bukan hanya beras" yang disertai dengan introduksi beras ketela, kedelai, jagung (tekad).

Pada akhir dekade 60-an mulai dicanangkan program perbaikan gizi keluarga, bekerja sama dengan lembaga asing, seperti organisasi pangan dan pertanian dunia (Food and Agriculture Organization of the United Nations, FAO), organisasi kesehatan dunia (Wolrd Health Organization, WHO), dan organisasi untuk kesejahteraan anak (United Nation Children's Fund, UNICEF).

Program ini mencakup peningkatan kesadaran gizi dan pemanfaatan pekarangan untuk menghasilkan pangan hasil ternak, ikan, sayuran dan buah. Hingga saat ini program-program peningkatan kesadaran gizi dan pemasyarakatan pola makan dengan gizi seimbang tersebut masih terus dilanjutkan, dengan bentuk dan intensitas yang bervariasi dari waktu ke waktu. Di samping itu dilancarkan pula pengembangan produk-produk pangan, terutama sumber karbohidrat khas daerah, agar semakin diterima sebagai alternatif bahan pangan pilihan.

Namun setelah program diversifikasi pangan berjalan lebih dari empat puluh tahun, keberagaman pangan yang kita inginkan belum kunjung tercapai. Apabila dinilai menurut standar Pola Pangan Harapan (PPH) dengan nilai ideal 100, maka :

· Keragaman penyediaan pangan nasional tahun 2001 mencapai nilai sekitar 73

· Dalam hal konsumsi (berdasarkan Susenas 1999) baru sekitar 63.

· Pola konsumsi pangan kita sekitar 40 persen diwarnai oleh padi-padian yangsebagian besar beras; 26 persen sayur dan buah; 13 persen pangan hewani terutama ikan, daging unggas dan telur; 8 persen kacang-kacangan seperti kedelai, kacang hijau dan kacang tanah; dan 6 persen minyak dan lemak terutama bahan nabati.

Dengan proporsi ideal padi-padian dan pangan hewani sebesar 25 dan 24 persen, pola konsumsi kita masih terlalu tinggi pada padi-padian dan terlalu rendah pada pangan hewani. Dengan pola demikian, tidak mengherankan apabila pasokan beras tidak mencukupi, atau harga beras meningkat relatif tinggi, mudah timbul keresahan sosial. Inisiatif ke Depan.Gandum, melalui mi instan dan roti-rotian telah berhasil menjadi sumber karbohidrat penting setelah beras dan jagung. Pada tingkat tertentu gandum telah membantu mengurangi tekanan terhadap beras. Sebagai konsekuensinya, impor gandum selama tiga tahun terakhir telah mencapai sekitar 3 juta ton per tahun. Hal inilah yang dikhwatirkan sebagian masyarakat yang tidak menghendaki ketergantungan pangan pada pihak asing, mengingat gandum belum bisa diproduksi di Indonesia.

Belajar dari keberhasilan gandum mensubstitusi beras, proses diversifikasi harus didorong dengan menawarkan bahan pangan yang mempunyai daya saing yang setara dengan pangan yang telah disukai masyarakat.

4. Faktor Penunjang Daya Saing Diversifikasi Pangan

Beberapa faktor yang menunjang daya saing tersebut adalah:

· harga;

· cita rasa;

· citra atau tampilan

· Kepraktisan dalam penyajiannya; nilai gizi dan kesehatannya.

Kesemua faktor tersebut dapat "disuntikkan" ke dalam bahan pangan lokal, melalui penerapan teknologi inovatif di bidang teknologi produksi dan pengolahan pangan, serta manajemen usaha yang efisien. Industrialisasi pangan, dalam hal ini merupakan wahana yang penting untuk mendongkrak daya tarik bahan-bahan pangan lokal tersebut.

Di samping daya tarik bahan pangan yang ditawarkan, pendapatan dan kesadaran gizi juga merupakan faktor yang sangat penting dalam diversifikasi konsumsi. Secara naluriah, yang juga terbukti secara ilmiah, semakin tinggi pendapatan (atau semakin rendah harga relatif pangan), akan semakin beragam pula jenis pangan yang dikonsumsi. Namun membaiknya pendapatan tanpa disertai kesadaran gizi dan kesehatan, belum menjamin diversifikasi ke arah yang baik.

Bisa jadi peningkatan konsumsi mengarah pada pangan berkolesterol atau gula yang berlebihan. Peningkatan pendapatan di tingkat rumah tangga, sebagai salah satu pendorong proses diversifikasi pangan, tergantung pada keberhasilan pembangunan ekonomi secara keseluruhan, yang menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat dan menghasilkan nilai tambah atas berbagai sumber daya yang dimanfaatkan. Perlu dicatat bahwa pengembangan produksi dan industri (agribisnis) pangan merupakan wahana penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat, khususnya yang berada di pedesaan. Lebih dari itu, bisnis demikian sangat bertumpu pada sumber daya setempat, sehingga patut dijadikan prioritas pembangunan nasional.

5. Aspek-Aspek Penting Untuk Memacu Diversifikasi Pangan

Tiga aspek penting yang harus digarap untuk memacu diversifikasi pangan secara efektif, yaitu:

(1) daya tarik ekonomi dan citra pangan yang ditawarkan;

(2) kemampuan ekonomi masyarakat; dan

(3) kesadaran masyarakat terhadap pangan bergizi dan kesehatan.

Proses pelaksanaannya memerlukan keahlian dan pengalaman praktis di bidang teknis, bisnis, hingga rekayasa sosial, serta menuntut kerja sama antara banyak pihak di jajaran pemerintah maupun masyarakat pelaku usaha.

Aspek diversifikasi pangan non beras

Ø Aspek kebutuhan pasar :

Bahan segar

Bahan siap masak

Bahan siap santap

Ø Aspek produk yang sesuai :

Pangan non beras

Tepung

Aneka produk turunan

6. Tantangan Diversifikasi Pangan

Kebijakan pengembangan pangan yang terfokus pada beras

a. Upaya penggalian dan pemanfaatan sumber sumber pangan karbohidrat lokal masih kurang

b. Pola konsumsi pangan masyarakat masih belum beragam

c. Kemampuan memproduksi pangan lokal masih rendah, terutama musim paceklik

d. Penerapan teknologi produksi dan teknologi pengolahan pangan lokal di masyarakat tidak mampu mengimbangi pangan olahan asal impor yang membanjiri pasar.

7. Permasalahan Pangan Di Indonesia

§ konsumsi beras di Indonesia masih di atas 100 kg per kapita per tahun (Hermanto, 2008). Idealnya, 60 kg per kapita per tahun, (Jepang)

§ Ketergantungan Masyarakat Indonesia akan beras sangat tinggi.

§ Harga beras > Rp. 4.800, masyarakat kelompok miskin, beli beras aking/karak. Masy. Kelompok kurang mampu makan nasi aking, seperti tahun-tahun 60 – 70 an

§ Akar Masalah: Kemiskinan

8. Saran Klasik Pejabat/Scientist

Mengembangkan pertumbuhan industri makanan berbasis SDA lokal di luar beras, seperti mengolah umbi-umbian menjadi tepung sebagai substitusi beras dan terigu

* memperbaiki konsumsi protein hewan

* buah-buahan dan sayuran

* Sasaran/Target: Mencegah Gizi Buruk Pada masyarakat. Berhasil Kah? Non-sense untuk Kelompok masy. miskin: Busung lapar dsb

* Tetap Terjadi.

9. Contoh-Contoh Diversifikasi Pangan

Adapun contoh-contoh diversifikasi pangan antara lain :

· Bassang

· Cassava

· Sweet potato flakes

· Flake getuk ubi kayu

· Beras jagung Instan

· Jagung instannixtamalisasi

· Ubi jalar merah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diversifikasi pangan adalah suatu proses perkembangan dalam pemanfaatan dan penyediaan pangan ke arah yang semakin beragam. Manfaat diversifikasi pada sisi konsumsi adalah semakin beragamnya asupan zat gizi, baik makro maupun mikro, untuk menunjang pertumbuhan, daya tahan, dan produktivitas fisik masyarakat.

Manfaat diversifikasi dari aspek penyediaan adalah semakin beragamnya alternatif jenis pangan yang dapat ditawarkan, tidak terfokus pada pangan tertentu saja. Hal ini mengingat bahwa pola produksi sebagian besar komoditas pangan mengikuti siklus musim, pada saat musim panen pasokannya melimpah dan harganya menurun, sebaliknya di luar musim pasokannya menipis dan harganya cenderung meningkat. Apabila pasokan suatu jenis pangan menipis, kemudian dapat disubstitusi dengan jenis pangan lain, maka kelangkaan tersebut tidak segera memicu kenaikan harga.

B. Saran

Disarankan kepada masyarakat agar lebih menggalakkan progarm diversivikasi pangan ini mengingat adanya keterbatasannya ketersediaan pangan yang ada dan menimbang banyaknya manfaat adanya diversifikasi pangan ini dalam hal pemenuhan zat gizi.

1 komentar: